Diawal
bermain catur, yg paling pertama dipelajari adalah nilai materi, secara
umum sebuah menteri diberi nilai 9, benteng 5, gajah 3,5 dan kuda 3,
tapi ini hanyalah penilaian dipermulaan permainan. Pemberian nilai
ini bertujuan memudahkan perhitungan shg tdk terjadi pertukaran yg tdk
berimbang misalnya benteng dipertukarkan dgn kuda. Harus dipahami
bahwa seluruh nilai buah pd catur bukanlah suatu perjanjian belaka,
melainkan berdasarkan kekuatan riel (daya kerja) buah tsb, jadi benteng
bernilai 5 dan kuda hanya 3, tdklah karena dunia catur bersepakat untuk
itu, tapi karena kemampuan bekerja sebuah benteng memang lbh baik dari
kuda. Jika kita sdh bisa memahami bahwa nilai buah ditentukan oleh
kinerjanya, maka penempatan perwira pada pembukaan sampai dgn babak
tengah, mestinya diupayakan perkembangannya agar menempati petak2 dimana
perwira tsb dpt bekerja maksimal. Jadi pd fase opening jgn
membiasakan diri sekedar mengeluarkan buah saja, sebab catur sebenarnya
adalah permainan yg sgt efektif. Itulah yg disebut tempo pada pembukaan,
dan karena itu pula salah satu dari hukum pembukaan mengajarkan, jgn
melangkahkan satu buah ber-kali2. Seharusnya setiap pengembangan perwira
di pembukaan sdh direncanakan untuk mendukung strategi permainan di
babak tengah.
Oleh sebab nilai sebuah perwira tergantung pd
kinerjanya, maka sebenarnya nilai buah itu tdk statis dan ber-ybah2,
artinya sebuah gajah tdklah selamanya bernilai 3,5 atau kuda bisa saja
dinilai 3,5 bahkan 4 jika berada pd posisi sgt baik dan mempengaruhi
permainan. Misalnya gajah hitam yg tersudut di h8 dan terkunci oleh
bidak lawan di f6, tentu tdk lagi bernilai 3,5, paling banyak dinilai
2,5 sebab untuk membebaskan diri, gajah tsb harus dipertukarkan dgn
bidak f6 dan pengawalnya. Demikian pula dgn sebuah benteng yg
terkurung dlm suatu kerangka bidak dan tdk mempunyai jalur bebas tentu
nilainya sdh berkurang dan bukan 5 lagi. Pecatur ahli akan
senantiasa mengevaluasi kembali jumlah nilai buah yg tersisa diatas
papan, berdasarkan posisi buah masing2 untuk menentukan rencana
strategisnya, inilah yg disebut penilaian material pada permainan catur.
Pengetahuan tehnis mendalam dan filosofi utama penilaian buah pd
permainan catur, menghubungkan kita pada nilai keberadaan seseorg
manusia bagi lingkungannya. Manusia adalah mahluk sosial sdh sgt dipahami, tetapi arti dari kesosialan tsb sesungguhnya sgt luas.
Salah satu yg terpenting dari pengertian kesosialan manusia adalah
menyadari bahwa setiap org terikat pada, : "hukum keteraturan hidup
manusia." Ini berarti berada pd rel keteraturan bermasyarakat akan
membuat seseorg dpt bergaul dan berkumpul dgn semua org disekitarnya
tanpa saling merugikan. Sebaliknya tdk mematuhi hukum keteraturan akan
berbenturan dgn semua org disekeliling dan menyulitkan diri sendiri.
Pada pengetahuan Islami, ini disebut sebagai Sunnatullah, manusia
dikarunia akal budi agar mampu memilih yg baik dan menghindari yg tdk
baik. Satu2nya yg saya setujui pada pandangan Karl Marx adalah " manusia adalah mahluk yg bekerja."
Manusia sebagaimana tujuan hidupnya yaitu mencapai kebahagiaan, tentu
harus bekerja, supaya dpt memenuhi kebutuhan moril dan materilnya. Selain berguna untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, bekerja asasinya adalah untuk membangun harga diri seseorg.
Keadaan ini kembali dpt dihubungkan antara persepsi catur mengenai
gajah buruk atau perwira yg tdk bekerja maksimal dgn seseorg yg tdk
melakukan kegiatan bersifat sosial ekonomi dikesehariannya, atau bahkan
seorg yg sukses secara ekonomi tapi tdk bermanfaat apapun terhadap
lingkungannya, tentu org2 seperti ini adalah Gajah buruk yg bernilai lbh
rendah daripada org yg hidup tertib dlm koridor keteraturan dan berguna
pada sekitarnya.
Keteraturan Sunnatullah, membebaskan setiap
org untuk memilih pekerjaan yg mempunyai prospek bagi dirinya, tetapi
sekaligus juga mewajibkan bekerja keras dan sungguh2 guna mencapai
prestasi kerja tertingginya, untuk pada gilirannya akan dijadikan
sumbangsih bagi kemashlahatan disekitarnya. Jika seseorg mampu
mencapai ini, maka dia adalah "gajah Bagus" bernilai lbh dari 3,5. Tentu
menjadi gajah bagus bukanlah suatu kewajiban melainkan pencapaian
prestasi, tetapi menjadi gajah yg harus tetap bernilai 3,5 adalah
Sunnatullah, sebab menjadi gajah buruk, kehilangan sebahagiaan dari
nilainya adalah kecelakaan atau kematian moral bagi seorg manusia.
Intisari " Philosophy of labour" yg ditulis oleh Leen houwers, pada bab
IX, tentang kerja dan waktu senggang, menjelaskan tdk semua hal yg
dilakukan dpt disebut pekerjaan, menikmati keindahan alam, berenang,
main kartu, berolahraga tdk bisa disebut bekerja, maka timbul pertanyaan
apakah yg bisa dianggap sebagai bekerja?. Jawabannya sebenarnya
tidaklah mudah, dan tolok ukurnya berada pada diri masing2. Seseorg
bermain bolakaki tentu tdklah bisa disebut bekerja, tapi bagi
pesepakbola bergaji ini merupakan pekerjaan serius. Mahasiswa
membaca novel sbg kesenangan, berbeda dgn mahasiwa lain yg membaca novel
yg sama guna menyiapkan skripsinya, pada mahasiswa yg ke 2 ini, dia dpt
dianggap sedang bekerja. Pecatur pun seperti itu, bermain catur
hanya sekedar untuk ber-senang2, (maaf) bertaruh, atau bahkan menjadi
guru privat bagi anak yg tdk serius meskipun dgn bayaran bagus, dan tdk
dikerjakan dgn sungguh2 pula, janganlah dianggap sbg melaksanakan suatu
pekerjaan, sebab itu tdk produktif dan tdk ada manfaatnya.
Sebaliknya bermain catur dgn serius untuk mempersiapkan diri menghadapi
suatu event, misalnya pelatda PON dan ber-cita2 meraih medali, atau
mengajari (melatih) anak serius dgn sungguh2 untuk cita2 besar kedepan,
justru adalah suatu yg pantas dikerjakan. Seorg salesman bergaji dan
dibayar dgn uang transport dn uang makan, tapi tdk melaksanakan
pekerjaan dgn benar, keluar kantor hanya untuk menghabiskan waktu dgn
mengobrol kesana kemari, pasti tdklah dpt dianggap sebagai sedang
bekerja. Dalam kasus tulisan2 inipun, saya tdk menganggap diri saya
sedang bekerja, sebab saya bukan penulis dan tdk bermaksud
mengomersialkannya dlm bentuk buku, bagi saya mendiskusikan sesuatu
secara bermanfat, untuk mengingatkan org lain dan diri sendiri adalah
bentuk ibadah.
Bagi seorg manusia yg terpenting adalah terus
menerus belajar dan berusaha memperluas horison atau batas pandangannya.
Horison inilah yg oleh para ahli teori dikatakan sebagai mempengaruhi
cakrawala berpikir seseorang.
Kita adalah para pecatur yg
mengerti dgn baik bahwa kita tdk akan pernah mau menjadi gajah buruk,
bidak terkebelakang, kuda disisi papan, atau buah2 catur yg tdk
produktip. Kita harus selalu memperlihatkan eksistensi dan keberadaan kita dgn positip pada lingkungan dimanapun berada. Pecatur adalah kaum pejuang, tdk pernah mau dikalahkan lawan apalagi oleh diri sendiri. GENS UNA SUMUS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar